Mushola adalah sarana tempat ibadah Umat Islam dalam bentuk bangunan lebih kecil dari Masjid. Begitu pula dengan mushola baitul muttaqien yang terletak di Desa Jatirejo Gg. 6 kecamatan Ampelgading Kabupaten Pemalang. Namun mushola di beberapa tempat juga juga menjadi sarana belajar ngaji dalam Bahasa jawanya.Ustad Mundhofar adalah perintis pengajian dengan metode qiroati, qiroati berbeda dengan iqro yang di jual bebas di pasaran.
Baca Juga : Mushola Baitul Muttaqien Ds. Jatirejo Kec. Ampelgading Kab. Pemalang
Awal mula penulis hanya ingin ikut mengaji saja tanpa berfikir dengan metode apa yang dipakai, sebelum mushola baitul muttaqien digunakan sebagai sarana pengajian, dulu sewaktu penulis belum bergabung pengajian di tempatkan di rumah Bpk Sopan dan muridnya belum begitu banyak seperti sekarang ini. Dan cerita bermula ketika sore sebelum magrib saya melihat rombongan anak-anak bersarung masuk dirumah Bpk. Sopan membawa Al-quran dan kitab lainnya. Mau bilang sendiri malu akhirnya dengan meminta ibuku untuk menyampaikan kepada mba wik untuk bisa ikut, akhirnya saya bisa juga ikut ngaji bareng dengan teman-teman baruku.
Dari situlah pengajian bertambah muridnya sehingga tempat di gunakan sebagai mana biasanya dipindahkan ke Mushola Baitul Muttaqien, dari materi yang diberikan tidak hanya sekedar membaca Al-quran dan di semak oleh pengajarnya namun di ajarkan pula macam-macam bacaan yang ada di al-quran, hafalan surat-surat pendek, yang di bukukan kedalam diktat yang disusun sendiri oleh Ust. Mundofar. Ohya metode qiroati yang dipakai juga tidak serta merta langsung diberikan kepada para murid, seingat saya pada saat ngaji al-quran pertengahan kitab para santri di uji tingkat pemahaman mengaji untuk dibagi berdasarkan kelas qiroati.
Dan akhirnya saya masuk di tahap buku qiorati besar yang belum ada tingkatannya. Santri di haruskan menghatamkan kitab qiroati yang besar tentunya dengan pengawasan ustad sehingga pada saat uji kenaikan kitab dapat lulus. Belajar dari kitab qiroati dari jilid 3 ke jilid 6 santri menggunakana system ketukan jari dalam menghitung panjang pendek, tanwin. Di tambah hafalan Ghunah dan tajwid dalam setiap harinya. Penulis sendiri dalam hotmil quran bisa di sebut angkatan ke-5 dan dalam acara hotmil quran di isi penampilan adik-adik dalam membaca dan menghafal tajwid dan terakhir di isi penceramah.
Semoga pengajian Mushola Baitul Muttaqien yang sampai saat ini masih berjalan tetap exsis dalam membimbing adik-adik untuk pintar membaca al-quran dengan tajwid dan ghunah. Para santri sendiri sekarang tidak terbatas hanya di sekitar mushola namun bertambah dari Gg 6 atau wilayah sekitar mushola, suatu hal yang menggembirakan tentunya. Para Ustad dan Ustadzah dalam mendampingi adik-adik kita berasal dari lulusan al-quran jadi selalu regenerasi. Namun penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sematkan yang pertama kepada Ustad Mundofar dan Ust. Ahmad Nasokhi, Ust. Nur Hadi.
Ada satu kerjasama yang pernah di bikin antara Pimpinan Ranting IPNU-IPPNU Jatirejo dalam waktu itu rekan-rekanita di minta untuk mengajar di beberapa Mushola, dan untuk menseragamkan cara mendidik di bentuklah diklat membaca qiroati. Tulisan ini saya persembahkan untuk para Ustad dan Ustadzah yang setia membimbing santri dengan penuh kesabaran dan tidak lupa bagi alumni para santri pengajian.
Sumber : Pengalaman Pribadi Admin
<
>
Tidak ada komentar:
Write Komentar