Meskipun setiap tahunnya di adakan kajian dan Evalusai namun setiap tahun juga perbedaan yang menyolok terjadi, dimana perolehan ujian sekolah yang dicapai pada SD di lingkungan perkotaan pada umumnya jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan SD yang berada di wilayah pelosok desa, pegunungan maupun di daerah perkampungan nelayan. Maka dengan adanya kasus seperti itu tentu saja membuat pikiran kita tergelitik untuk mencari jalan pemecahannya, menyelesaikan polemic masalah ini tanpa mengorbankan subyek pengajaran ( guru ). Karena kita sadari bahwa biang kegagalan bukan semata-mata guru, namun unsure pengajaran yang lain seperit anak didik dan lingkungannya termasuk penentu prestasi yang dominan, sungguhpun sosok seorang guru merupakan dinamisator dan motifator bagi anak didiknya.
PEMECAHAN MASALAH
Unsur pendidikan dan pengajaran yaitu Guru sebagai subyek, anak sebagai obyek dan milieu sebagai pendorong, dimana dari ketiga unsur tersebut merupakan komponen pengajaran yang saling menyatu kait seiring sejalan bahu membahu mewujudkan tujuan pendidikan dan pengajaran secara bersamaan. Untuk itu adanya prestasi yang menonjol perbedaannya, antara perolehan SD di wilayah perkotaan dan di luar perkotaan, maka perlu kita kaji bagaiana masing-masing unsur pengajaran tersebut berfungsi dalam perolehan prestasi.
PEMECAHAN MASALAH
Unsur pendidikan dan pengajaran yaitu Guru sebagai subyek, anak sebagai obyek dan milieu sebagai pendorong, dimana dari ketiga unsur tersebut merupakan komponen pengajaran yang saling menyatu kait seiring sejalan bahu membahu mewujudkan tujuan pendidikan dan pengajaran secara bersamaan. Untuk itu adanya prestasi yang menonjol perbedaannya, antara perolehan SD di wilayah perkotaan dan di luar perkotaan, maka perlu kita kaji bagaiana masing-masing unsur pengajaran tersebut berfungsi dalam perolehan prestasi.
Pertama : Guru sebagai pengajar merupakan salah satu penentu prestasi belajar anak, untuk itu seorang guru harus :
- Menguasai Kurikulum
- Menguasai meteri pelajaran
- Menggunakan methode yang tepat.
- Memberikan kegiatan belajar yang bervariasi.
- Membangkitkan aktifitas anak.
- Mendorong terjadinya interaksi yang lebih kuat
- Melayani perbedaan individu, baik yang pandai, sedang maupun yang kurang.
- Menggunakan beragam sumber belajar.
- Memanfaatkan lingkungan
- Maju dan berwawasan luas.
- Melaksanakan / membuat administrasi program pengajaran. Paparan berbagai kegiatan di atas, merupakan menifestsi antara guru ( Kemampuan dasar Guru ), kegitan Belajar Mengajar dan penunjang keberhasilannya. Dimana konsep yang ada jika dilaksanakan secara maksimal maka jalan menuju pencapaian prestasi telah terbuka lebar. Demikian juga jika antara kemampuan dasar guru. Kegiatan Belajar Mengajarnya dan penerapan daya dukung terjadi disintegrasi dalam pelaksanaannya maka tak mustahil kegagalan akan menghantui kita.
- Alat peraga
- Penggunaan halaman sekolah.
- Menggunakan lembar kerja yang baik
- Memperhatikan tingkat kesukaran pengajaran.
- Melaksanakan kegiatan panduan.
- Menggunakan waktu yang sesuai.
- Laporan hasil pengerjaan lembar kerja.
- Melaksanakan kegiatan pemajangan.
- Menghidupkan diskusi kelas.
Ke Dua : berhasil dan tidaknya kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh kemapuan dasar anak yang meliputi : Intelegency Quotion ( angka kecerdasan ), bakat minat, perhatian dan masa peka. Jika kemampuan dasar anak ini minimal dalam keadaan normal, maka kemapuan tersebut dapat dikembangkan guna meraih prestasi. Namun jika kemampuan yang ada kurang menguntungkan, maka prestasi yang hendak kita capai tak akan pernah menjadi kenyataan. Betapuan Guru maupun lingkungannya mempunya potensi ke arah itu.
Ketiga : Disamping ditentukan oleh prestasi guru maupun anak, prestasi belajar anak di tentukan juga oleh unsur lingkungannya. Dimana pengaruh lingkungan ini akan mempengaruhi pola pikirnya entah pengaruh itu bersifat positif maupun yang bersifat negative karena pada dasarnya dorongan yang berasal dari luar (motif ekstrinsik) itu pengaruhnya sangat kuat. Sehingga tak ayal lagi jika prestasi itu pada umumnya diraih oleh SD yang berada diwilayah perkotaan, karena aktifitas belajar anak termotifisir oleh lingkungan social yang kadar kesardan akan pendidikannya sangat tinggi. Begitu pula sebaliknya karena kesadaran di luar wilayah perkotaan seperti pedesaan, pegunungan maupun daerah kampong nelayan umumnya kesadaran akan pendidikan relative rendah, maka keadaan ini menyebabkan motivasi anak untukmaju pun terhambat. Akhirnya prestasi yang kita inginkan sering terhambat di tengah jalan.
Kita ambil satu kasus ; Ada seorang Guru mengajar di Sekolah Dasar di wilayah perkotaan, bertahun-tahun nilai perolehan ujian selalu baik. Namun setelah Guru tersebut pindah ke Sekolah Dasar di daerah pedesaan belum genap satu tahun saja, keganjilan-keganjilan timbul, dimana rata-rata anak jarang yang memperoleh nilai baik dalam dalam tes sub sumatifnya. Meskipun dalam tes formatifnya rata-rata anak yang bersangkutan mendapat nilai baik. Sehingga dengan adanya perolehan nilai yang berbeda jauh itulah maka guru tersebut akhirnya mengadakan pengamatan dan penyelidikan dengan system anjang sana. Dan kesimpulan yang dicapai adalah ‘’Rata-rata anak belum punya kesadaran untuk belajar”.
Mengapa hal itu dapat terjadi ?
Satu tahun sudah Guru tersebut sibuk dengan tugasnya dan sepanjang itu juga kasus demi kasus ditemuinya dimana anak banyak yang kurang memahami pentingnya belajar, karena mereka-mereka ini hanya didorong di sekolah saja, dan kebanyakan kurang adanya perhatian dari orang tua mereka. Sehingga upaya terobosan untuk pencapaian prestasi sering terjadi hambatan-hambatan, seperti :
Ketiga : Disamping ditentukan oleh prestasi guru maupun anak, prestasi belajar anak di tentukan juga oleh unsur lingkungannya. Dimana pengaruh lingkungan ini akan mempengaruhi pola pikirnya entah pengaruh itu bersifat positif maupun yang bersifat negative karena pada dasarnya dorongan yang berasal dari luar (motif ekstrinsik) itu pengaruhnya sangat kuat. Sehingga tak ayal lagi jika prestasi itu pada umumnya diraih oleh SD yang berada diwilayah perkotaan, karena aktifitas belajar anak termotifisir oleh lingkungan social yang kadar kesardan akan pendidikannya sangat tinggi. Begitu pula sebaliknya karena kesadaran di luar wilayah perkotaan seperti pedesaan, pegunungan maupun daerah kampong nelayan umumnya kesadaran akan pendidikan relative rendah, maka keadaan ini menyebabkan motivasi anak untukmaju pun terhambat. Akhirnya prestasi yang kita inginkan sering terhambat di tengah jalan.
Kita ambil satu kasus ; Ada seorang Guru mengajar di Sekolah Dasar di wilayah perkotaan, bertahun-tahun nilai perolehan ujian selalu baik. Namun setelah Guru tersebut pindah ke Sekolah Dasar di daerah pedesaan belum genap satu tahun saja, keganjilan-keganjilan timbul, dimana rata-rata anak jarang yang memperoleh nilai baik dalam dalam tes sub sumatifnya. Meskipun dalam tes formatifnya rata-rata anak yang bersangkutan mendapat nilai baik. Sehingga dengan adanya perolehan nilai yang berbeda jauh itulah maka guru tersebut akhirnya mengadakan pengamatan dan penyelidikan dengan system anjang sana. Dan kesimpulan yang dicapai adalah ‘’Rata-rata anak belum punya kesadaran untuk belajar”.
Mengapa hal itu dapat terjadi ?
Satu tahun sudah Guru tersebut sibuk dengan tugasnya dan sepanjang itu juga kasus demi kasus ditemuinya dimana anak banyak yang kurang memahami pentingnya belajar, karena mereka-mereka ini hanya didorong di sekolah saja, dan kebanyakan kurang adanya perhatian dari orang tua mereka. Sehingga upaya terobosan untuk pencapaian prestasi sering terjadi hambatan-hambatan, seperti :
- Anak enggan belajar, karena terlalu lelah seharian membantu kerja orang tua.
- Anak malas belajar karena tak ada motivasi dari orang tua. Karena memang kadar kesadaran akan pendidikan kurang.
- Anak enggak belajar dengan alasan tidak belajarpun sudah kaya.
- Penguasaan materi pelajaran kurang cepat, karena kemampuan membaca terlambat ( baru dikuasai pada kelas III karena di Desa tersebut tidak ada pendidikan prasekolah / TK. Disamping belum adanya TK, kelambatan membaca tersebut disebabkan karena panduan belajar membaca dirumah rata-rata tidak sesuai dengan methode yang disampaikan di sekolah). Oleh karena itu anak merasa bingung.
Kesenjangan prestasi memang masih saja terjadi meskipun pembenahan professional guru sudah digalakkan, termasuk penyetaraan D II penataran-penataran, maupun pembinaa-pembinaan rutin lainnya. Namun karena unsur pengajaran itu bukan hanya unsur Guru saja, maka unsur pengajaran yang lainnyapun harus dibenahi secara seimbang. Termasuk penyelenggaraan pendidikan prasekolahnya, penyiapan konsep belajar sejak dini, serta pembenahan kerja sama antara Guru dan orang tua murid, maupun usaha pemberian motivasi yang lebih jauh lagi terhadap lingkungan sekitarnya (masyarakat) bersama-sama aparat pemerintah Desa setempat.
Andaikata konsep seperti di atas dapat dilaksanakan menurut porsinya, maka kesenjangan prestasi perolehan Nilau ujian antara SD wilayah perkotaan dan SD yang berada di lingkungan pedesaan dapat teratasi. Kalau toh masih ada namun masih berada para taraf kewajaran.
Sumber : Majalah krida
Andaikata konsep seperti di atas dapat dilaksanakan menurut porsinya, maka kesenjangan prestasi perolehan Nilau ujian antara SD wilayah perkotaan dan SD yang berada di lingkungan pedesaan dapat teratasi. Kalau toh masih ada namun masih berada para taraf kewajaran.
Sumber : Majalah krida
<
>
Tidak ada komentar:
Write Komentar