17 APRIL 1960

Ampelgading - Pemalang 52364, INA

13 Oktober 2018

Antara Jengkol dan Sakit Jengkolan

 

Biji jengkol (Pithecolobium lobatum) mudah ditemui di pasar dan di kampung-kampung. Sebagian orang menyukainya untuk lalap karena memberikan kenikmatan tersendiri. Sayangnya, bau jengkol sangat mencolok hidung (menjijikan) juga air seni dan hajad besarnya menimbulkan bau yang sangat tidak sopan. Diakuinya bau jengkol sama mencoloknya dengan bau ketika orang habis makan petai. Dibalik bau yang tidak sedap itu, jengkol dapat menyumbangkan sakit jengkolan, sedangkan makan petai tidak menimbulkan sakit petaian. 

Pada jengkol dapat menyebabkan sakit yang sangat nyeri di daerah sekitar pinggang (ginjal). Umumnya gejala sakit jengkolan terjadi tidak lama setelah orang mengkonsumsi biji jengkol. Apalagi bila orang sengaja makan jengkol mentah secara berlebihan, kebiasaan ini sering di lakukan oleh orang Jawa Barat, ini tentu tidak berarti orang Jawa Tengah tidak doyan jengkol.


GEJALA
Tentang gejala jengkolan antara lain : pegal-pegal di daerah sekitar pinggang (daerah ginjal) yang menghebat, penderita kadang terjungkal-jungkal karena menahan rasa sakit luar biasa. Air seni berkurang (sedikit) malah karang tidak keluar sama sekali untuk beberapa jam. Setelah beberapa jam, rasa sakit mulai menurun kembali dan secara berangsur-angsur menghilang (sembuh), meski kadang tanpa pengobatan apa-apa. Dan, air seni keluar lagi, kadang-kadang disertai warna merah karena bercampur darah.

Yang dipertanyakan sekarang, mengapa bisa terjadi sakit nyeri di daerah pinggang dan terhambat air seninya?

Menurut Prof. Dr. Ahmad Djaeni Sediatomo, bahwa di dalam biji jengkol terdapat ikatan organik yang disebut Asam Jengkol (Jencolic Acid). Struktur kimia dari asam jengkol telah ditemukan pakar dari Jerman yang diperkirakan bentuknya mirip ikatan asam amino. Asam jengkol bersifat amphoter, dapat menjadi bentuk ion pada reaksi basa, tapi juga bersifat molekul netral pada reaksi netral (PH sekitar 7,0). Ion asam jengkol sedikit larut pada reaksi asam dan reaksi basa, tetapi menjadi kristal yanag tidak laur dalam air pada PH netral.

Kristal asam jengkol berbentuk jarum mikroskopik yang sangat tajam di kedua ujungnya. Asam jengkol dalam air seni mengkristal dalam bentuk jarum-jarum halus yang kedua ujungnya tajam. Sebab itu ujung jarum yang tajam menusuk-nusuk dinding-dinding saluran air seni yang pada gilirannya memberikan rasa sakit dan pegal-pegal luar biasa. Saluran air seni beraksi mengkerut sehingga jaruk mikroskopik lebih dalam tusukannya. Lalu terjadi sumbatan air seni, hal itu menimbulkan anuria (tak keluar kencing). Dan, biasanya luka tusukan itu mengeluarkan darah sehingga menimbulkan hematuria (kencing darah).

Namun demikian, lambat laun air seni menjadi biasa dan endapan kristal asam jengkol larut kembali yang di ikuti oleh hilangnya sakit jengkolan. Sekalipun sakit jengkolan nyeri luar biasa, tapi jarang yang memakan korban nyawa manusia. Timbul pertanyaan baru lagi, bagaimana upaya kita agar tak terkena sakit jengkolan sehabis makan jengkol?

MENGOLAH JENGKOL
Ada dua formula untuk mengolah jengkol agar bisa dikonsumsi secara lebih aman. 

PERTAMA. Biji jengkol mentah dibuang bagian benihnya (yaitu yang akan tumbuh jadi bakal tunas baru), caranya belah jadi dua buah kepingan. Kepingan itu ditaman dalam tanah (jangan terlalu dalam) waktunya  kira-kira 3 – 4 hari. Sesudah itu kepingan-kepingan jengkol bisa diambil atau diolah menurut kesukaan masing-masing. Dengan cara ini jika biji jengkol diolah (dikonsumsi) akan mengurangi resiko terkena sakit jengkolan. Kadar asam jengkol memang menurun, tapi hal ini tidak menjamin bahwa si pemakan jengkol tidak mendapat sakit jengkolan. Jaminan bebas terkena jengkolan terpenuhi jika asam jengkol terbukti secara ilmiah sudah hilang sama sekali. Jadi, cara pertama ini lebih bersifat mengurangi resiko seseorang terkena jengkolan.

CARA KEDUA. Mengolah jengkol menjadi rendang. Biji jengkol dibelah jadi dua belahan, setelah bakal benihnya dibuang, lalu direbus 6 – 7 jam sambil setiap kali dibuang buih-buhnya. Setelah direbus cukup lama dan buinya tidak nampak lagi, maka biji jengkol bisa di olah jadi rendang : caranya seperti orang mengolah daging menjadi rendang. Dalam sebuha penelitian memang ditemukan bahwa dengan menggodok cukup lama, asam jengkol banyak terbawa ke air rebusan dan dibuang bersama buih air rebusan tadi.

Kalau sudah terserang sakit jengkolan bagaimana mengobatinya ?  Cara alamiahnya, penderita diberi meniman air gula Jawa yang pekat dan banyak. Tapi cara ini kadang berhasil dan kadang tidak. Cara lainnya penderita diberi minuman yang mengandung gas (soda) yang menyebabkan air seni menyebabkan alkalis (basa). Dari cara pengobatan di atas ternyata ada cara paling ampuh agar seseorang tidak terkena sakit jengkolan : yakni jangan coba-coba makan biji jengkol. Toh masih banyak biji-bijian yang jika di makan tidak menimbulkan penyakit.


Sumber : Majalah Krida. Edisi 184. Edy Soenarso
< >

Tidak ada komentar:
Write Komentar

Hey, we've just launched a new custom color Blogger template. You'll like it - fandi_firmansyh
Join Our Newsletter