17 APRIL 1960

Ampelgading - Pemalang 52364, INA

1 September 2018

Pendidikan Gizi Di Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah


Untuk dapat mempertahankan hidup dan tetap sehat, kita memerlukan makanan yang cukup kandungan gizinya. Namun acapkali orang tidak selalu mengetahui kebutuhan gizi bagi dirinya, dan bagaimana upaya mencukupinya. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan antara masukan (intake) dan penggunaan (utilization) zat makanan dalam tubuh. Dalam hal ini seseorang dapat saja kekurangan gizi apabila yang dikonsumsi dibawah kebutuhan tubuhnya.


Dengan demikian pendidikan gizi diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mengantarkan orang memiliki pengetahuan dalam mengusahakan makanan yang cukup bergizi bagi dirinya. Di Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah, pendidikan gizi sangat penting untuk ikut serta menyiapkan anak didik menjadi generasi masa depan yang sehat dan cerdas tanpa menderita kekurangan gizi. Anak didik dengan keadaan gizi yang kurang, dapat mengakibatkan terhambatnya kegiatan belajar mereka.

Menurut para ahli, keadaan gizi kurang pada anak didik akan menyebabkan anak sering sakit, tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar, sering tidak masuk sekolah bahkan putus sekolah, atau tidak dapat meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sehubungan dengan pendidikan gizi di sekolah Dasar /madrasah Ibtidaiyah, kiranya tujuan apakah yang ingin dicapai, bagaimana cara-cara mendidiknya dan hambatan-hambatan yang mungkin masih dijumpai ?

Pendidikan Gizi
Pendidikan gizi di sekolah tidak dikhususnya dalam suatu mata pelajaran, tetapi bukan berarti tidak terdapat kegiatan pendidikan gizi. Ia dilaksanakn melalui kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) maupun sebagai bagian dari mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Penyampaiannya dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, dengan tetap mendasarkan pada tujuan yang ingin dicapai dari diadakannya pendidikan gizi.

Tujuan pendidikan gizi di sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah mencakup usaha :
  1. Menanamkan kesadaran akan makanan dan zat gizinya yang diperlukan tubuh.
  2. Memberi kecakapan dalam memilih makanan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
  3. Menanamkan kebiasaan makan anak sesuai dengan kebutuhan tubuh, sejalan dengan pola kebudayaan dan bahan makanan yang tersedia atau dapat diusahakan di daerahnya.
Penanaman kesadaran tersebut merupakan usaha pembentukan adanya prakondisi yang hendaknya melekat pada diri anak. Hal ini akan memungkinkan secara sadar ia mampu memilih makanan yang sesuai dengan selera dan kebutuhan gizi bagi pertumbuhannya. Selanjutnya, kecakapan memilih makanan yang tepat ini akan terpola dan membentuk kebiasaan mengkonsumsi makanan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya arah usaha penanaman kebiasaan makan anak tidak lepas dengan pola kebudayaan setempat, dan bahan makan apa saja yang ada di sekitar tempat tinggalnya.

Dalam kaitan bahan makanan yang tersedia tersebut diharapkan mampu menanamkan kesadaran pada diri anak tidak hanya puas sebagai konsumen pasif melainkan bagaimana mengusahakan bahan makanan itu. Misalnya, bagaimana cara menanam tumbuhan yang dapat menghasilkan bahan makanan, memilih bibit yang baik, dan sebagainya. Tentu dengan pertimbangan masih dalam batas yang dapat dijangkau oleh kemampuan anak.

Beberap Metode Pendidikan Gizi
Disamping disampaikan di kelas sebagai bagian dari materi pelajaran dalam mata pelajaran tertentu, pendidikan gizi dapat dilaksanakan dalam mata pelajaran tertentu, pendidikan gizi dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk metode penyampaian yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak dan kondisi sekolah. Beberapa metode penyampaian dalam pendidikan gizi antara lain :

a.    Permainan
Bermain merupakan kegiatan yang menyita sebagian besar waktu dalam kehidupan anak. Kesukaan bermain ini diarahkan pada permainan yang berhubungan dengan pengetahuan gizi diantara sekian banyak jenis dan topik permainan anak, misalnya permainan “Liku-liku Gizi”, atau Kartu Kwartet”, dsb. Kegiatan permainan ini dapat dilakukan pada waktu istirahat diantara jam pelajaran, atau waktu lain yang memungkinkan tanpa mengganggu mata pelajaran pokok.

Selanjutnya, yang masih erat dengan kegiatan bermain anak adalah menyanyikan lagu-lagu dengan topik gizi, karena melalui kegiatan ini anak cenderung lebih mudah menghafal dan mengerti, kalimat yang terangkai dalam suatu nyanyian.

b.    Pengukuran Tinggi Badan (TB) dan Berat Badan (BB)
Pengukuran TB dan BB anak diusahakan agar mereka melakukannya sendiri dan kemudian membandingkannya dengan ukuran standar. Dengan demikian seorang guru dapat membantu mereka sehingga anak mengetahui dan mampu menilai apakah dirinya tumbuh dengan baik atau sebaliknya; apakah termasuk dalam status gizi buruk, sedang atau baik. Untuk keperluan ini, sebaiknya di sekolah disediakan alat timbang, pengukur BB dan microtoise pengukur TB.

c.    Kebun Gizi di Sekolah
Dalam pembuatan kebun gizi di sekolah hendaknya anak ikut berperan aktif. Kegiatan ini antara lain bertujuan agar dalam diri anak tertanam kegemaran memanfaatkan pekarangan, mengenal aneka tanaman sumber bahan makanan, dan mampu menganalogika pertumbuhan tanaman dengan pertumbuhan dirinya sendiri. Kemudian dapat dilanjutkan dengan pembuatan kolam ikan atau peternakan dilingkungan sekolah.

Beberapa Kendala
Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah acapkali ditemukan beberapa kendala yang tidak menunjang tercapainya harapan dan tujuan. Kendala-kendala itu dapat bersumber pada diri guru atau pendidik, anak dan faktor sarana-prasarana.

a.    Pertama
Seorang guru kurang aktif dalam melaksanakan pendidikan gizi terhadap anak didiknya walaupun sudah direncanakan pada salah satu program UKS misalnya. Kekurangaktifan pihak guru ini dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
  • Guru sendiri belum sadar benar akan perlunya gizi bagi kesehatan tubuh lebih-lebih pendidikan gizi untuk anak didiknya.
  • Kurang memiliki pengetahuan gizi dan belum dapat menerapkan metode pendidikan gizi pada anak secara efektif.
  • Lemahnya koordinasi dan pengawasan oleh atasannya maupun instansi terkait, dalam hal pelaksanaan pendidikan gizi di sekolah.
b.    Kedua
Keberadaan anak didik disekolah berasal dari keluarga yang juga tidak lepas dari kebiasaan dan pendidikannya dirumah. Dengan kata lain pada keluarga-keluarga yang telah sadar gizi atau setidaknya memahami perlunya makanan bergizi, maka anak-anaknyapun tidak banyak tahu mana makanan yang cukup kandungan gizinya atau tidak. Pendek kata faktor-faktor tertentu dalam keluarga cenderung dalam mengantar anak yang sangat perlu pendidikan gizi terutama segala faktor yang tidak menguntungkan. Faktor-faktor itu misalnya : rendahnya tingkat sosial ekonomi keluarga, pendidikan di rumah  kurang baik, kebiasan yang tidak terarah dalam mengkonsumsi makanan dan faktor adat istiadat atau tradisi yang tidak menunjang.

c.    Ketiga
Terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pendidikan gizi, misalnya : halaman atau pekarangan sekolah tidak cukup, tidak tersedia timbangan atau pengukur tinggi badan, tidak lengkap alat peraga seperti model bahan makanan sehat, poster dsb.

Peranan Guru
Guna mengatasi beberapa kendala di atas terlebih dahulu hendaknya tersedia sarana dan prasarana yang diperlukan tentunya tidak ada manfaatnya bila pihak guru belum cukup memiliki pengetahuan dan ketrampilan mendayagunakan sarana dan prasarana tersebut. Untuk itu penataran-penataran guru UKS atau refresing dan pertemuan berkala dapat sebagai suatu upaya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang kesehatan sekolah termasuk pengetahuan gizi.

Disisi lain, pendidikan gizi tidak akan efektif tanpa data yang cukup tentang ciri anak, terutama latar belakang atau faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi dan pengetahuan dasar tentang gizi yang dimiliki anak. Dari data tersebut dapat diidentifikasi masalah gizi, yang dikiranya dapat dijadikan materi dalam pendidikan gizi di sekolah. Semua itu perlu ditunjang materi dalam pendidikan gizi di sekolah. Semuat itu perlu ditunjang metode-metode yang tepat diterapkan, dan bagaimana bentuk evaluasinya agar dapat dilakukan tindak lanjutnya.

Dengan demikian hubungan dan kerja sama yang baik antara guru, orang tua murid dan petugas kesehatan atau petugas dari sektor lain yang berhubungan, merupakan tindakan yang sangat menunjang pendidikan gizi di sekolah. Dalam usaha menciptakan generasi yang sehat dan cerdas, pendidikan gizi di sekolah perlu dilakukan untuk membentuk anak yang sadar gizi. Dalam pelaksanaannya, guru sangat berperan untuk mengarahkan anak didik melalui berbagai metode sesuai dengan kemampuan anak, ketersediaan sarana atau prasarana dan lingkungan sekolah agar merekam aktif mempelajari perihal gizi.


Sumber : Majalah Krida. Edisi 178
< >

Tidak ada komentar:
Write Komentar

Hey, we've just launched a new custom color Blogger template. You'll like it - fandi_firmansyh
Join Our Newsletter